[Mykr's Note #2] Menyelami Makna DOA
Man propose, God disposes
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Doa ibarat bibit. Kita tak pernah tahu kapan dan seperti apa ia kan dikabulkan. Namun, yakinlah bahwa ia pasti tumbuh, sebab janji-Nya takkah pernah luput.
Dan layaknya bibit, doa yang kita panjatkan mestilah sesuatu yang baik hingga layaklah kita berharap hasil yang baik pula. Sebab, takkan tumbuh buah manis jika ditanam sembarang bibit.
Persis seperti bibit pula, doa pun perlu perawatan. Sirami ia dengan ilmu dan amal hingga tumbuh subur dan berbuah ranum.
Juga serupa bibit, doa tak bisa tumbuh diburu-buru. Kesabaran menunggu ia membesar, meneguh, adalah keniscayaan sebelum hasilnya bisa kita nikmati. Sepanjang waktu itu, tak ada yang lebih layak tuk dilakukan selain menikmati setiap jengkal pertumbuhannya. Sebab dalam perjalanan itulah terdapat keindahan yang teramat sayang tuk dilewatkan.
Karenanya para petani tahu persis, mereka tak bisa menanam bibit dan mengharapkan hasilnya dalam sehari. Menanam, adalah kegiatan di masa lapang, sehingga kita bisa berharap ia berbuah di masa sempit.
Demikian pula doa. la mesti ditanam justru di kala lapang, hingga tak hadir sesal di kala sempit. Tak bermaksud mengatakan bahwa kesempitan itu ada di dunia. Kesempitan sejati, adalah di jalan keabadian nanti. Di masa ketika tiada amal kan dicatat lagi. Ialah masa memanen, segala yang kita lakukan kini.
*dikutip dari buku #NasihatDiri : Menyelami Hidup dari Makna ke Makna oleh Teddi Prasetya Yuliawan
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Berdoalah!
Karena Sejauh Apapun Jarak,
Doa akan Tetap Sampai
Komentar
Posting Komentar