[Mykr's Article #5] Sulawesi Selatan, Posisi Enam Pemilik Angka Buta Huruf di Atas Angka Nasional
Dokumentasi Publikasi Pada Laman Tribunnews (13/09/2018) https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/09/13/sulsel-posisi-6-angka-buta-aksara-nasional-tertinggi |
Berdasarkan data yang telah dipaparkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bahwa terdapat 11 provinsi yang masih memiliki angka buta huruf atau buta aksara di atas angka Nasional. Sulawesi Selatan sendiri menduduki posisi keenam dari kesebelas provinsi tersebut dengan persentase sebesar 4,49 persen. Adapun provinsi lain yang termasuk dalam sebelas besar tersebut yakni Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Dari kesebelasan tersebut terdapat 3 Provinsi yang berasal dari pulau Sulawesi yakni Sulawesi Barat menduduki posisi pertama pemilik angka buta huruf di atas angka nasional yang kemudian disusul oleh Sulawesi Selatan dan yang terakhir adalah Sulawesi Tenggara.
Hampir
seluruh kabupaten kota yang ada di
Sulawesi Selatan masyarakatnya banyak yang buta aksara. Tahun 2016, terdapat 16
kabupaten kota yang berhasil meningkatkan angka melek atau paham aksara
mencapai angka di atas 95 persen. 16 kabupaten tersebut diantanya adalah Kabupaten
Barru, Parepare, Pinrang, Palopo, Luwu,
Luwu Utara, Luwu Timur, Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Sidrap, Soppeng,
Wajo, Bone, Bulukumba, dan Makassar.
Walaupun mengalami peningkatan tetapi sampai sekarang masalah tersebut belum
saja tertangani dengan tuntas. Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat
menuturkan bahwa kemiskinan menjadi akar masalah penderita buta aksara selain
dari kondisi geografis dan kearifan lokal. Banyak orang tua di kampung-kampung
berpandangan bahwa lebih berfaedah dan menguntungkan jika anak membantu orang
tuanya saja pergi bekerja daripada menyuruh anaknya ke sekolah.
Faktor
utama penyebab buta aksara masih bertahan memang dari segi perekonomian tetapi
faktor tersebut tidak dapat dijadikan alasan yang mendasar. Pendidikan di
Sulsel bahkan di berbagai daerah di Indonesia tidak dipungut biaya lagi yang
diutamakan bagi anak-anak yang tidak atau kurang mampu dalam segi perekonomian.
Masalah yang timbul selain dari segi perekonomian yaitu bedanya persepsi
masyarakat, kurang tepatnya peran pemerintah dan kurangnya kompetensi guru
sehingga tidak cukup dengan sekolah gratis yang menjadi solusi. Masyarakat yang
tinggal di daerah kampung tidak tahu menahu terkait sekolah gratis karena
kurangnya sosialisasi dan mereka lebih mengutamakan pekerjaan tetap mereka yang
lebih menjanjikan. Sekolah gratis pun tidak menjanjikan angka buta aksara turun
jika pemerintah yang membangun sekolah tidak memperhatikan kompetensi dari
tenaga pendidik yang nantinya akan menjamin progres murid-murid kedepannya agar
lebih jelas dan menjanjikan.
Harris
Iskandar selaku Dirjen PAUD dan Dikmas memaparkan bahwa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan telah merumuskan upaya penuntasan buta aksara dengan
memprioritaskan pada tiga tempat yaitu pertama, pada daerah-daerah ”merah”
(kabupaten/kota yang persentase buta aksara di atas 4%); kedua, komunitas adat
terpencil/khusus; dan ketiga, daerah tertinggal, terdepan dan terluar (daerah
3T). Pemerintah telah membuat suatu program dimana dalam proses belajar
mengajar akan dimasukkan unsur-unsur kearifan lokal sehingga para siswa dari
daerah yang kental dengan adatnya mampu bersekolah dengan nyaman. Harris
Iskandar juga menuturkan beberapa upaya yang dapat membantu untuk menangani
masalah buta aksara yakni dengan peningkatan kapasitas dan kompetensi tutor
pendidikan keaksaraan, mendiversifikasikan layanan program, dan memangkas
birokrasi layanan program melalui aplikasi daring sibopaksara. Hal tersebut
menjadi suatu kampanye kepada
jajaran Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia untuk memotivasi percepatan
penurunan angka buta aksara.
Aksara
menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh setiap orang demi kelancaran
sosialisasi dan komunikasi dalam masyarakat, mengenal budaya, teknologi dan
juga menjaga kekeluargaan. Harapannya angka buta aksara akan turun dengan
mendukung program yang telah diusung pemerintah dan merealisasikan program
tersebut serta ikut berkontribusi didalamnya. Percepatan penurunan angka buta
aksara tak hanya akan ada di Sulawesi Selatan tetapi seluruh provinsi yang ada
di Indonesia. *Masykur
Komentar
Posting Komentar