Deskripsi cacing: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura




Ascaris lumbricoides
                     
 
Nama Umum                 : Ascaris lumbricoides secara umum dikenal sebagai cacing gelang.
Tempat Hidup        : Cacing dewasa terdapat di dalam usus halus, tetapi kadang-kadang dijumpai mengembara di bagian usus lainnya. Hospes definitifnya adalah manusia, tetapi diduga dapat merupakan penyakit zoonosis yang hidup pada usus babi.
Sebaran Geografis        : Cacing ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah tropic dan subtropik yang  kelembapan udaranya tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia infeksi cacing ini dapat dijumpai pada lebih 60% dari penduduk diperiksa tinjanya.
Status Konservasi          : -
Ciri Spesies           : Ascaris lumbricoides adalah cacing nematode yang berwarna putih kecoklatan atau kuning pucat, mempunyai ukuran besar; yang jantan panjangnya antara 10-31 cm, sedangkan yang betina antara 22-35 cm. Tubuhnya tertutup kutikula yang halus bergaris-garis tipis. Kedua ujung badan cacing membulat. Mulut cacing mempunyai bibir tiga buah, satu di bagian dorsal yang lainnya.
Cacing jantan mempunyai ujung posterior yang runcing, dengan ekor melelngkung kearah ventral, dilengkapi 2 spikula yang berukuran sekitar 2 mm. selain itu di bagian ujung posterior cacing juga didapatkan banyak papil-papil kecil. Cacing betina mempunyai penampang melintang membulat (conical) dan lurus di bagian posterior.
Source: Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya: AUP.




Ancylostoma duodenale







Nama Umum                 : Ancylostoma duodenale secara umum dikenal sebagai cacing tambang.
Tempat Hidup        : Cacing dewasa hidup di dalam usus halus, terutama di jejunum dan duodenum manusia dengan cara melekatkan diri pada membrane mukosa menggunakan giginya, dan mengisap darah yang keluar dari luka gigitan.
Sebaran Geografis        : Cacing tambang tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropis dan subtropics, terutama yang bersuhu panas dan mempunyai kelembaban tinggi. Di Eropa, China, dan Jepang, penderita infeksi cacing-cacing ini banyak dijumpai pada pekerja tambang, sehingga cacing-cacing ini disebut cacing tambang.
Status Konservasi          : -
Ciri Spesies              : Cacing tambang berbentuk silindris berwarna putih keabuan. Cacing betina mempunyai ukuran panjang 9-13 cm, sedang cacing jantan berukuran panjang antara 5 dan 11 mm.
Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks (bursa copuatrix), suatu alat bantu kopulasi, yang terdapat di ujung posterior tubuhnya. Kedua spesies cacing tambang ini dapat dibedakan anatomi dan morfologinya atas bentuk tubuh, rongga mulut dan bentuk bursa kopulatriksnya.
Source: Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya: AUP.


Trichuris trichiura


 

Nama Umum             : Cacing Trichuris trichiura secara umum dikenal sebagai cacing cambuk (whip worm). Penyakitnya disebut trikuriasis.
Tempat Hidup             : Cacing dewasa melekat pada mukosa usus penderita, terutama di daerah sekum dan kolon, dengan membenamkan kepalanya di dalam dinding usus. Kadang-kadang cacing ini ditemukan hidup di apendiks dan ileum bagian distal.
Sebaran Geografis     : Cacing ini tersebar luas di daerah tropis yang berhawa panas dan lembab. Trichuris trichiura hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia, sehingga cacing ini bukan parasite zoonosis.
Status Konservasi          : -
Ciri Spesies             : Cacing dewasa berbentuk cambuk, dengan bagian anterior yang merupakan tiga per lima panjang tubuh berbentuk langsing seperti tali cambuk, sedangkan dua per lima bagian tubuh posterior lebih tebal mirip pegangan cambuk.
Cacing jantan panjangnya sekitar 4 cm dan cacing betina 5 cm. Bagian ekor cacing jantan melengkung ke arah ventral, mempunyai satu spikulum yang berselubung retraktil. Bagian kaudal cacing betina membulat tumpul seperti koma. Telur cacing khas bentuknya, berwarna coklat mirip biji melon. Telur yang berukuran sekitar 50 x 25 mikron ini mempunyai dua kutub jernih yang menonjol.
Source: Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya: AUP.

Komentar

Postingan Populer